Bias Konfirmasi: Pengaruh, Dampak pada Depresi, dan Cara Mengatasinya
Menu
  • Our Project
    • Bagian Dari Kita
    • Ruang Bertemu
    • Narasi Ahli
  • Topic
    • Healthy
    • Thinking
    • Resources
  • Connecting People
    • Find Your Community
    • Event
    • Class
  • Video
  • Submission
    • Writer
    • Community
    • Event
  • About Us

Bias Konfirmasi: Pengaruh, Dampak pada Depresi, dan Cara Mengatasinya

Bias kognitif sering memengaruhi cara kita berpikir dan membuat keputusan tanpa disadari. Yuk, pelajari lebih dalam tentang bias konfirmasi dan jenis-jenis lainnya yang ada di sekitar kita!


15 Nov 2024 Sasmitha

Saat mempelajari psikologi, bias kognitif menjadi fenomena yang sering dibahas. Bias kognitif adalah istilah yang diperkenalkan pada tahun 1972 yang merujuk pada kesalahan dalam berpikir, menilai, mengingat, dan semua hal yang berkaitan dengan proses kognitif lainnya. Bias ini muncul akibat keyakinan kuat akan pilihan atau kesukaan, sehingga mengesampingkan informasi yang berbeda dari keyakinan tersebut.

Bias kognitif ini sering kita temui di kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah orang good-looking yang dianggap sukses, bahagia, dan cerdas. Orang itu dianggap spesial karena parasnya, sehingga selalu mendapatkan perlakuan khusus. Ini adalah efek halo yang menjadikan seseorang memberikan kesan positif atau negatif kepada orang lain dengan menggeneralisasi salah satu karakter orang tersebut.

Efek halo hanyalah salah satu dari jenis bias kognitif. Ada jenis-jenis bias kognitif lain yang sering terjadi di sekitar kita seperti anchoring bias, barnum effect, availability heuristic bias, blind spot bias, clustering illusion, bandwagon bias, choice-supportive bias, dan confirmation bias.

Nah, di antara berbagai jenis bias kognitif tersebut, Healthink akan membahas secara khusus tentang confirmation bias atau bias konfirmasi karena ini sangat sering terjadi dan -mungkin- tidak kamu sadari. Jadi, apa itu bias konfirmasi? Simak rangkuman lengkapnya di bawah ini, ya!

 

Mengenal Bias Konfirmasi

Bias konfirmasi adalah salah satu jenis bias kognitif. Bias kognitif didefinisikan sebagai pikiran yang muncul saat kita menafsirkan dan memproses informasi yang kita peroleh. Hal itu akan berpengaruh ke pola pikir kita, mulai dari bagaimana cara kita membuat keputusan hingga bagaimana kita menilai sesuatu. Singkatnya, bias kognitif adalah cara kita mengartikan informasi untuk membuat suatu kesimpulan.

Dalam buku yang berjudul Thinking, Fast and Slow, Daniel Kahneman menjelaskan bahwa bias kognitif adalah salah satu kesalahan sistematis dalam proses berpikir. Kesalahan ini terjadi saat kita memproses informasi yang kita dapat.

Lalu, apa yang dimaksud dengan bias konfirmasi? Kita bahas satu contoh, ya, agar kamu memahaminya. Misalnya, kamu sedang berdiskusi di kelas dan pendapatmu didukung oleh banyak orang. Tentu kamu merasa senang, dong, karena merasa didukung. Nah, perasaan didukung itu adalah bentuk dari bias konfirmasi. 

Menurut American Psychological Association, bias konfirmasi adalah kecenderungan individu untuk memperhatikan, fokus, dan mengumpulkan bukti yang bisa mendukung kepercayaan atau keyakinannya. Dalam jurnal yang berjudul Bias Konfirmasi terhadap Perilaku Berbohong dijelaskan bahwa bias konfirmasi adalah kecenderungan seseorang dalam membangun keyakinan untuk mendukung pendiriannya dan mengabaikan bukti yang tidak sesuai dengan apa yang dia mau, meskipun bukti itu benar.

Bias konfirmasi juga mempunyai beberapa tipe. Secara umum, inilah 3 tipe utama bias konfirmasi:

 

  • Bias dalam pencarian: Dalam hal ini, kamu hanya fokus mencari informasi yang sesuai dengan keyakinanmu saja. Saat ini, Google dan media sosial mendukung munculnya bias ini karena algoritma media sosial dan search engine akan menampilkan konten-konten dari topik yang kamu cari sebelumnya.
  • Bias dalam penafsiran: Bias ini berkaitan dengan bagaimana kamu menginterpretasikan data dan informasi yang mendukung pendapatmu, terlepas dari fakta yang ditunjukkan oleh data tersebut.
  • Bias dalam ingatan: Bias ini mengacu pada ingatan seseorang yang mendukung ide atau keyakinannya. Otak akan menyimpan dan merekam informasi yang sesuai dengan pendapatmu. Inilah yang menjadi asal mula stereotip dan bagaimana stereotip tetap bertahan lama di masyarakat. 

 

Kaitan antara Bias Konfirmasi dengan Depresi

Bias konfirmasi berkaitan dengan depresi. Mengapa? Beberapa penelitian menjelaskan bahwa orang dengan depresi cenderung mempunyai bias konfirmasi yang lebih tinggi karena orang depresi merasakan kecemasan berlebihan dan cenderung memikirkan hal-hal negatif saja. 

Akibatnya, orang depresi hanya mencari informasi yang mendukung pemikiran negatif tersebut. Mereka akan menghindari informasi yang bertentangan dengan keyakinannya meskipun informasi itu positif. Upaya untuk memperoleh informasi atau bukti untuk memvalidasi keyakinannya itulah yang dikenal sebagai bias konfirmasi.

 

Dampak Bias Konfirmasi

Karena berusaha memvalidasi keyakinan yang tidak benar, maka orang-orang dengan bias konfirmasi juga akan mendapatkan dampak buruknya. Beberapa dampak buruk dari bias konfirmasi tersebut adalah:

  • Bias konfirmasi mempengaruhi cara kita mengumpulkan informasi.
  • Mempengaruhi cara kita dalam menafsirkan dan mengingat informasi.
  • Muncul informasi yang salah atau hoax, tetapi kita meyakininya sebagai suatu kebenaran. Ini biasanya kita temukan di media sosial.
  • Membuat keputusan yang salah dan menimbulkan masalah yang lebih besar karena keputusan tersebut.
  • Membuat orang menyebarkan berita bohong karena mereka hanya mencari dan menerima informasi yang sesuai dengan cara berpikirnya saja.

 

Cara Mengatasi Bias Konfirmasi

Karena bisa merugikan kamu dan orang lain, maka bias konfirmasi ini harus kita hindari dan kendalikan. Salah satu cara yang bisa kamu lakukan adalah dengan mencari informasi atau bukti netral dan melihat berbagai sumber secara objektif. 

Kemudian, carilah informasi secara menyeluruh melalui riset dan konfirmasi kebenarannya. Kamu juga perlu melatih proses berpikir setiap kali kamu memperoleh informasi dengan mengajukan pertanyaan netral dan tanpa bias. Ini akan membantumu untuk memperoleh jawaban, respon, atau hasil yang benar dan jelas.

Kamu juga bisa melibatkan pihak ketiga untuk memberikan pandangan netral terkait dengan pendapatmu. Jadi, kamu bisa lebih adil dan bijak dalam membuat keputusan, tidak berdasarkan pada egomu saja. Dengan mengenali cara-cara tersebut, kamu bisa mengidentifikasi kapan bias konfirmasi terlibat dalam proses berpikirmu sehingga kamu juga bisa meminimalisir dampaknya. 

Karena bias konfirmasi berkaitan dengan keyakinan yang kuat akan sesuatu dan tidak mau keyakinan itu dianggap salah, maka ayo mulai turunkan egomu! Kamu, kan, juga manusia yang pasti pernah salah. Nggak apa-apa, kok, mengakui kalo keyakinan atau pendapatmu nggak selalu benar. Nggak apa-apa juga kalau ada orang lain yang tidak setuju dengan kamu dan mereka punya pendapat sendiri, selagi itu tidak merugikan siapapun. Bukankah semua orang berhak untuk bersuara?

Dunia ini nggak hanya berputar di kamu. Jadi, pendapat atau keyakinan orang yang beda denganmu juga perlu divalidasi. Masa’ pemeran utamanya kamu terus. Masa’ cuma kamu yang paling benar dan orang-orang harus mengikuti itu.

Sekarang, cobalah melatih dirimu untuk menerima bahwa nggak selamanya keyakinanmu benar. Coba juga untuk mencari tahu kebenaran dari keyakinan atau informasi yang kamu percaya. Jika pada akhirnya keyakinanmu itu salah, nggak ada yang rugi, kan? Kamu hanya perlu mengubah keyakinanmu ke sesuatu yang lebih benar. Simple, kok.

Nah, agar kamu bisa menjadi lebih open-minded dan tidak lagi mempunyai bias konfirmasi, kamu bisa mempelajari lebih dalam tentang bias kognitif dan bias konfirmasi di video Youtube Healthink. Follow juga akun media sosial Healthink untuk mendapatkan informasi dan konten-konten menarik seputar kesehatan mental yang akan membantumu untuk heal your think, think your health.


Terbaru

Depresi Pada Remaja Jangan Dianggap Sepele!
Depresi Pada Remaja Jangan Dianggap Sepele!
25 Apr 2025
Jadi Ayah Ibu Baru, Kok Malah Stres?
Jadi Ayah Ibu Baru, Kok Malah Stres?
25 Apr 2025
Depresi pada Disabilitas, Apa yang Bisa Dilakukan?
Depresi pada Disabilitas, Apa yang Bisa Dilakukan?
21 Mar 2025
Teknik Mindfulness untuk Meringankan Gejala Depresi
Teknik Mindfulness untuk Meringankan Gejala Depresi
20 Mar 2025
Gaya Hidup Sehat untuk Atasi Depresi dengan Diet, Olahraga, dan Tidur
Gaya Hidup Sehat untuk Atasi Depresi dengan Diet, Olahraga, dan Tidur
13 Mar 2025
Membangun Support System untuk Mengatasi Depresi dengan Dukungan Sosial
Membangun Support System untuk Mengatasi Depresi dengan Dukungan Sosial
13 Mar 2025
Strategi Mandiri Atasi Depresi dengan Tips Praktis Coping Stress
Strategi Mandiri Atasi Depresi dengan Tips Praktis Coping Stress
13 Mar 2025
Pikiranmu Menipumu, Sadari dan Kendalikan
Pikiranmu Menipumu, Sadari dan Kendalikan
28 Feb 2025
Niat Baik Nggak Selamanya Diterima dengan Baik
Niat Baik Nggak Selamanya Diterima dengan Baik
28 Feb 2025
Sosial Media Itu Penting Gak, Sih?
Sosial Media Itu Penting Gak, Sih?
28 Feb 2025
Cancel Culture, Buntut dari Fenomena Viral yang Bikin Kacau
Cancel Culture, Buntut dari Fenomena Viral yang Bikin Kacau
21 Feb 2025
Stop Multitasking! Multitasking Bikin Kamu Produktif?
Stop Multitasking! Multitasking Bikin Kamu Produktif?
21 Feb 2025
Jangan Jauhkan Aku dari Ponselku!
Jangan Jauhkan Aku dari Ponselku!
21 Feb 2025
Harapanmu Tidak Sesuai Kenyataan
Harapanmu Tidak Sesuai Kenyataan
14 Feb 2025
Resiliensi Membantu Mengatasi Tantangan Hidup
Resiliensi Membantu Mengatasi Tantangan Hidup
12 Feb 2025
Mengenal dan Mengelola Stress
Mengenal dan Mengelola Stress
11 Feb 2025
Apakah Benar Sudah Pasti Tepat?
Apakah Benar Sudah Pasti Tepat?
22 Nov 2024
Tidak Semua Hari itu Menyenangkan
Tidak Semua Hari itu Menyenangkan
22 Nov 2024
Bias Konfirmasi: Pengaruh, Dampak pada Depresi, dan Cara Mengatasinya
Bias Konfirmasi: Pengaruh, Dampak pada Depresi, dan Cara Mengatasinya
15 Nov 2024
Don't Judge Book by It's Cover
Don't Judge Book by It's Cover
15 Nov 2024
Awas! Depresi Bisa Makin Parah Gara-Gara Ini!
Awas! Depresi Bisa Makin Parah Gara-Gara Ini!
1 Nov 2024
Kualitas Pikiran Menentukan Tingkat Kebahagiaan
Kualitas Pikiran Menentukan Tingkat Kebahagiaan
1 Nov 2024
Google Bukan Psikolog dan Psikiater Gratisan!
Google Bukan Psikolog dan Psikiater Gratisan!
23 Oct 2024
Tantang Pikiran Kita dengan CBT untuk Diri Sendiri
Tantang Pikiran Kita dengan CBT untuk Diri Sendiri
17 Oct 2024
CBT untuk “Mengobati” Depresi
CBT untuk “Mengobati” Depresi
14 Oct 2024
Mengungkap Asumsi Keliru dan Realita Depresi: Fakta di Balik Mitos tentang Depresi
Mengungkap Asumsi Keliru dan Realita Depresi: Fakta di Balik Mitos tentang Depresi
4 Oct 2024
Depresi: Faktor Psikologis dan Biologis yang Mempengaruhinya
Depresi: Faktor Psikologis dan Biologis yang Mempengaruhinya
4 Oct 2024
Membongkar Jenis-jenis Depresi
Membongkar Jenis-jenis Depresi
24 Sep 2024
Kenali Sebelum Terlambat: Depresi di Era Digital
Kenali Sebelum Terlambat: Depresi di Era Digital
24 Sep 2024

      

© 2025 Healthink - All rights reserved