Apakah Benar Sudah Pasti Tepat?
Menu
  • Our Project
    • Bagian Dari Kita
    • Ruang Bertemu
    • Narasi Ahli
  • Topic
    • Healthy
    • Thinking
    • Resources
  • Connecting People
    • Find Your Community
    • Event
    • Class
  • Video
  • Submission
    • Writer
    • Community
    • Event
  • About Us

Apakah Benar Sudah Pasti Tepat?

Kebenaran sering kali dianggap sama dengan ketepatan, namun keduanya memiliki makna yang berbeda. Apa itu kebenaran relatif, dan bagaimana kaitannya dengan norma serta budaya? Yuk, cari tahu!


22 Nov 2024 Sasmitha

Kebenaran itu relatif. Apa maksudnya? Kebenaran sangat berkaitan dengan norma, budaya, dan agama. Sementara itu, norma, budaya, dan agama yang diyakini oleh setiap orang juga berbeda. Jadi, kebenaran yang dipercayai oleh kamu dan orang-orang di sekitarmu tentu juga berbeda, dong. 
 
Berbicara tentang kebenaran, ternyata masih banyak orang yang menganggap ‘benar’ itu sama dengan ‘tepat.’ Padahal, belum tentu, loh. Benar dan tepat adalah dua hal yang agak mirip, tetapi keduanya mempunyai perbedaan. Benar adalah tindakan yang sesuai dengan kaidah, entah itu budaya atau norma. Sementara itu, tepat diartikan sebagai tindakan yang sesuai dengan waktu dan tempat. 
 
Kami berikan kamu satu contoh agar bisa lebih memahaminya. Dalam hal membunuh, misalnya. Membunuh adalah tindakan yang tidak benar, kan? Tentu saja. Namun, bagi pelakunya, membunuh merupakan tindakan yang tepat.
 
Si pelaku berpikir bahwa membunuh adalah tindakan yang tepat dilakukan saat itu. Namun, jika dilihat dari segi agama, budaya, dan norma, membunuh bukanlah hal yang benar. Jadi, bisa dikatakan bahwa sesuatu yang tepat, belum tentu benar. Begitupun sebaliknya, sesuatu yang benar, belum tentu tepat.
 
Kalau menurutmu bagaimana? Apakah benar sudah pasti tepat? Atau benar belum tentu tepat? Supaya kamu nggak bingung, Healthink mengajak kamu untuk memahaminya di sini!
 

Yang Menurutmu Benar, Apakah Sudah Tepat?

Kamu sadar nggak, sih, kalau hari-hari kita dipenuhi dengan tuduhan dan saling menyalahkan? Coba kamu lihat di sekitarmu dan lihat berapa banyak orang yang dengan mudahnya menyalahkan orang lain.
 
Tindakan menyalahkan orang lain itu muncul karena merasa pendapat diri sendirilah yang dianggap paling benar dan tepat. Memang kamu merasa sudah paling benar sampai bisa menganggap orang lain salah sepenuhnya? Siapa yang benar? Kamu atau mereka? Atau mungkin kita semua benar, hanya saja beda sudut pandang? 
 
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, kamu bisa membayangkan angka 6 dan 9 yang akan terlihat sama jika dilihat dari sudut pandang berbeda. Kalau kasusnya seperti itu, berarti tindakan menyalahkan orang lain itu terjadi karena kesalahpahaman. Jadi, yang menurutmu benar, apakah sudah tepat? Belum tentu.
 

Apa, Sih, yang Menyebabkan Kesalahpahaman?

Kalau kata orang, “salah paham itu bisa terjadi karena kurang komunikasi.” Emang iya? Komunikasi adalah salah satu faktor yang menyebabkan salah paham. Namun, sebenarnya faktor utama kesalahpahaman adalah bias kognitif.
 
Apa itu bias kognitif? Bias kognitif adalah cara berpikir manusia untuk memahami dunia yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Dalam psikologi, bias kognitif dapat mempengaruhi bagaimana cara kita dalam mengambil keputusan. Bias kognitif tersebut dipengaruhi oleh pengalaman, budaya, lingkungan, dan cara berpikir masing-masing individu.
 
Menurut jurnal yang ditulis oleh Barnes, bias kognitif menjadikan keputusan kita kurang rasional dan kurang komprehensif. Jadi, kalau keputusanmu agak kurang masuk akal, bisa jadi itu dikarenakan adanya bias kognitif yang diakibatkan oleh perolehan informasi yang terbatas, penalaran yang kurang sempurna, atau pengaruh emosional.
 
Sebenarnya, bias kognitif mempunyai banyak jenis dan salah satunya adalah efek Dunning-Kruger. Itu adalah fenomena psikologis di mana orang yang kurang terampil justru menjadi orang yang paling melebih-lebihkan kemampuannya. Sebaliknya, orang yang terampil malah meragukan kemampuannya.
 
Contohnya, temanmu baru belajar chord dasar gitar. Namun, dia sudah merasa sangat hebat. Contoh lainnya adalah temanmu baru belajar memasak dan menganggap masakannya adalah yang paling enak. Padahal, chef-chef berpengalaman justru merasa ada yang kurang dengan masakan yang dibuatnya. Itu berarti, temanmu sedang mengalami efek Dunning-Kruger. 
 
Efek Dunning-Kruger diperkenalkan oleh David Dunning dan Justin Kruger. Mereka adalah dua psikolog keren yang berhasil menemukan fenomena tersebut pada tahun 1999. Penemuan mereka itu menjelaskan bahwa orang yang belum mahir pada suatu bidang seringkali tidak sadar jika mereka belum mahir. 
 
Dari penelitian yang dilakukan oleh David Dunning dan Justin Kruger tersebut, ada beberapa ciri utama efek Dunning-Kruger.
  • Menilai kemampuan diri sendiri secara berlebihan.
  • Tidak bisa mengetahui ketidakmampuan diri sendiri.
  • Tidak bisa dan tidak mau mengakui kemampuan orang lain.
 
Jadi, efek Dunning-Kruger ini menjadikan seseorang mengalami superioritas ilusif yang menjadikan orang tersebut merasa lebih hebat dibandingkan orang lain. Efek ini pasti sering kamu lihat di sekitarmu. Contohnya pada orang-orang yang merasa sok paling pintar. Padahal, ada orang yang lebih kompeten darinya.
 
Kira-kira, kamu pernah merasa sok paling jago dalam bidang tertentu, nggak? Kalau iya, itu bisa jadi sinyal buat kamu untuk belajar lebih dalam lagi karena di atas langit masih ada langit. Artinya, nggak ada orang yang benar-benar jago karena ilmu pengetahuan selalu berkembang. Jadi, masih banyak yang harus kamu pelajari.
 

Apa yang Terjadi Jika Efek Dunning-Kruger Terus Kamu Rasakan?

Sebenarnya, percaya diri adalah hal yang bagus. Namun, untuk orang-orang yang mengalami efek Dunning-Kruger, rasa percaya diri itu terlalu berlebihan. Orang yang mengalami efek Dunning-Kruger memang terkesan mengesalkan karena jadi sok paling bisa segalanya. Namun, ternyata orang semacam itu juga perlu dikasihani. Kenapa? Pasalnya, orang yang terus-menerus merasa paling handal beresiko tinggi mengalami depresi. Kok, bisa?
 
Ada satu contoh yang bisa membantumu memahaminya. Misal, kamu menjadi ketua kelompok dalam lomba memasak antar kelas. Karena kamu merasa sudah jago, kamu menolak kritik dan saran dari anggota kelompokmu. Kamu hanya fokus pada hal-hal yang menurutmu benar.
 
Akhirnya, kelompokmu gagal memenangkan lomba tersebut. Hal ini membuat kamu dijauhi oleh anggota kelompokmu. Kegagalan dan penolakan itulah yang bisa memicu depresi. 
 
Karena efek Dunning-Kruger bisa menjerumuskanmu ke dalam depresi, maka kamu perlu mencegahnya. Caranya adalah dengan memahami bahwa “benar belum tentu tepat.” Jika kamu merasa dirimu benar, belum tentu kamu yang paling unggul. Kalau kamu merasa sudah memilih keputusan yang benar, belum tentu itu menjadi keputusan yang tepat.
 
Mau nggak mau, kamu tetap harus mendengarkan pendapat orang lain. Kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Kita berdampingan dengan manusia-manusia lain. Karena itulah, kamu harus mempertimbangkan pendapat atau ide orang lain. Kamu juga harus mengakui bahwa memang ada orang-orang yang lebih unggul dibandingkan kamu.
 
Menerima kenyataan bahwa dirimu tidak selalu benar adalah pola pikir dewasa yang membantumu menjadi orang yang lebih positif. Kamu harus berani mengakui bahwa kamu juga bisa berbuat salah. Kamu juga harus mau mengakui bahwa apa yang kamu anggap benar, tidak selalu tepat. Apa yang menurutmu benar, belum tentu dianggap benar juga oleh orang lain.
 
Nah, agar kamu bisa mencegah efek Dunning-Kruger dan memperoleh pola pikir positif, heal your think, think your health dengan menonton video-video edukatif di Youtube Healthink. Kamu juga bisa mem-follow akun media sosial Healthink untuk mendapatkan konten-konten menarik seputar kesehatan mental. 

Terbaru

Depresi Pada Remaja Jangan Dianggap Sepele!
Depresi Pada Remaja Jangan Dianggap Sepele!
25 Apr 2025
Jadi Ayah Ibu Baru, Kok Malah Stres?
Jadi Ayah Ibu Baru, Kok Malah Stres?
25 Apr 2025
Depresi pada Disabilitas, Apa yang Bisa Dilakukan?
Depresi pada Disabilitas, Apa yang Bisa Dilakukan?
21 Mar 2025
Teknik Mindfulness untuk Meringankan Gejala Depresi
Teknik Mindfulness untuk Meringankan Gejala Depresi
20 Mar 2025
Gaya Hidup Sehat untuk Atasi Depresi dengan Diet, Olahraga, dan Tidur
Gaya Hidup Sehat untuk Atasi Depresi dengan Diet, Olahraga, dan Tidur
13 Mar 2025
Membangun Support System untuk Mengatasi Depresi dengan Dukungan Sosial
Membangun Support System untuk Mengatasi Depresi dengan Dukungan Sosial
13 Mar 2025
Strategi Mandiri Atasi Depresi dengan Tips Praktis Coping Stress
Strategi Mandiri Atasi Depresi dengan Tips Praktis Coping Stress
13 Mar 2025
Pikiranmu Menipumu, Sadari dan Kendalikan
Pikiranmu Menipumu, Sadari dan Kendalikan
28 Feb 2025
Niat Baik Nggak Selamanya Diterima dengan Baik
Niat Baik Nggak Selamanya Diterima dengan Baik
28 Feb 2025
Sosial Media Itu Penting Gak, Sih?
Sosial Media Itu Penting Gak, Sih?
28 Feb 2025
Cancel Culture, Buntut dari Fenomena Viral yang Bikin Kacau
Cancel Culture, Buntut dari Fenomena Viral yang Bikin Kacau
21 Feb 2025
Stop Multitasking! Multitasking Bikin Kamu Produktif?
Stop Multitasking! Multitasking Bikin Kamu Produktif?
21 Feb 2025
Jangan Jauhkan Aku dari Ponselku!
Jangan Jauhkan Aku dari Ponselku!
21 Feb 2025
Harapanmu Tidak Sesuai Kenyataan
Harapanmu Tidak Sesuai Kenyataan
14 Feb 2025
Resiliensi Membantu Mengatasi Tantangan Hidup
Resiliensi Membantu Mengatasi Tantangan Hidup
12 Feb 2025
Mengenal dan Mengelola Stress
Mengenal dan Mengelola Stress
11 Feb 2025
Apakah Benar Sudah Pasti Tepat?
Apakah Benar Sudah Pasti Tepat?
22 Nov 2024
Tidak Semua Hari itu Menyenangkan
Tidak Semua Hari itu Menyenangkan
22 Nov 2024
Bias Konfirmasi: Pengaruh, Dampak pada Depresi, dan Cara Mengatasinya
Bias Konfirmasi: Pengaruh, Dampak pada Depresi, dan Cara Mengatasinya
15 Nov 2024
Don't Judge Book by It's Cover
Don't Judge Book by It's Cover
15 Nov 2024
Awas! Depresi Bisa Makin Parah Gara-Gara Ini!
Awas! Depresi Bisa Makin Parah Gara-Gara Ini!
1 Nov 2024
Kualitas Pikiran Menentukan Tingkat Kebahagiaan
Kualitas Pikiran Menentukan Tingkat Kebahagiaan
1 Nov 2024
Google Bukan Psikolog dan Psikiater Gratisan!
Google Bukan Psikolog dan Psikiater Gratisan!
23 Oct 2024
Tantang Pikiran Kita dengan CBT untuk Diri Sendiri
Tantang Pikiran Kita dengan CBT untuk Diri Sendiri
17 Oct 2024
CBT untuk “Mengobati” Depresi
CBT untuk “Mengobati” Depresi
14 Oct 2024
Mengungkap Asumsi Keliru dan Realita Depresi: Fakta di Balik Mitos tentang Depresi
Mengungkap Asumsi Keliru dan Realita Depresi: Fakta di Balik Mitos tentang Depresi
4 Oct 2024
Depresi: Faktor Psikologis dan Biologis yang Mempengaruhinya
Depresi: Faktor Psikologis dan Biologis yang Mempengaruhinya
4 Oct 2024
Membongkar Jenis-jenis Depresi
Membongkar Jenis-jenis Depresi
24 Sep 2024
Kenali Sebelum Terlambat: Depresi di Era Digital
Kenali Sebelum Terlambat: Depresi di Era Digital
24 Sep 2024

      

© 2025 Healthink - All rights reserved