Menguak Isu Kesehatan Mental dalam Film Home Sweet Loan
Menu
  • Our Project
    • Bagian Dari Kita
    • Ruang Bertemu
    • Narasi Ahli
  • Topic
    • Healthy
    • Thinking
    • Resources
  • Connecting People
    • Find Your Community
    • Event
    • Class
  • Video
  • Submission
    • Writer
    • Community
    • Event
  • About Us

Menguak Isu Kesehatan Mental dalam Film Home Sweet Loan

Siap untuk merasakan pergelutan batin yang mendalam? Kaluna, sosok inspiratif dalam film ini, menghadapi tantangan sebagai generasi sandwich. Temukan bagaimana impian dan tanggung jawabnya saling berkonflik dalam kisah yang penuh emosi!


14 Oct 2024 Sasmitha

"Ditekan dari segala sisi. Sering hilang arti.
Tetapi, masih punya mimpi dan harus tahu diri."
 
Itulah penggalan lirik lagu OST film Home Sweet Loan yang sangat mewakili sosok Kaluna, sang pemeran utama dalam film produksi Visinema Pictures itu. Sebagai seorang anak bungsu yang seharusnya dimanja, Kaluna adalah sebuah pengecualian.
 
Jika kamu pernah mendengar tentang istilah “sandwich generation” atau generasi sandwich, Kaluna menggambarkan peran itu dengan apik dalam film yang menguras emosi ini. Melalui kisah Kaluna, kamu akan dibawa pada berbagai pergelutan batin antara impiannya dan beban keluarga yang harus ditanggungnya. 
 
Mengutip dari Instagram resmi Home Sweet Loan, 11 hari pasca rilis, film besutan sutradara Sabrina Rochelle Kalangie itu telah berhasil membawa 1 juta lebih penonton untuk masuk ke dunia Kaluna dan keluarganya.
 
Film ini tak hanya menggambarkan bagaimana peran ganda dari seorang anak yang harus menanggung hidupnya dan keluarga, tetapi juga bagaimana beban-beban itu mempengaruhi kesehatan mental. Memang, isu yang satu itu tak benar-benar digambarkan secara gamblang pada film. Namun, pada banyak adegan dan dialog, Home Sweet Loan telah berhasil menyampaikan pesan kepada orang-orang tentang betapa lelahnya menjadi seorang sandwich gen.
 
Jadi, untuk kamu si anak bungsu atau sosok yang mengemban peran sebagai generasi sandwich, kamu bisa meluangkan waktu untuk membaca artikel ini hingga akhir. Healthink mengajakmu untuk bersama-sama menyelami konflik batin Kaluna, mencoba memahami bagaimana beban sebagai seorang sandwich generation benar-benar mempengaruhi kesehatan mental.
 

Gambaran Generasi Sandwich dalam Film Home Sweet Loan

Generasi sandwich adalah sebuah istilah yang diperkenalkan oleh profesor dan direktur University Kentucky, USA, pada tahun 1981. Dorothy A. Miller, menjelaskan bahwa generasi sandwich adalah seseorang yang harus menanggung hidup dari tiga generasi: orang tuanya, diri sendiri, dan anak-anaknya.

Sandwich menjadi istilah tepat untuk menggambarkan kondisi tersebut karena sandwich terdiri dari tiga lapisan. Kamu akan menemukan lapisan roti, daging, dan sayur atau saos pada sebuah sandwich. Tiga lapisan itu merepresentasikan tiga generasi yang harus dihidupi oleh si pengemban peran sandwich gen.
 
Dalam film Home Sweet Loan, Kaluna adalah seorang anak bungsu yang harus menanggung hidupnya dan keluarganya. Meskipun dia belum mempunyai anak, tetapi peran ganda yang harus dijalani oleh Kaluna sudah merepresentasikan bagaimana sandwich gen mengemban beban beratnya.
 
Kaluna harus bekerja setiap hari dan kebanyakan dari gajinya tidak digunakan untuk membahagiakan diri sendiri, melainkan keluarga. Dia harus berhemat dan mengesampingkan hal-hal yang seharusnya dinikmati oleh wanita seumurannya. Namun, demi bisa membantu keluarga seperti membayar listrik dan menabung untuk impiannya, Kaluna rela mengesampingkan kesenangan-kesenangan di masa mudanya.
 
Dengan beban-beban itu, Kaluna tetap berusaha untuk meraih mimpi yang sudah sejak lama disusunnya: mempunyai rumah sendiri. Impian dan tuntutan sebagai generasi sandwich itu membawa Kaluna pada kelelahan emosional yang digambarkan dalam beberapa adegan di film tersebut. Puncak dari emosi Kaluna adalah ketika dirinya juga harus menanggung hutang yang diakibatkan oleh kecerobohan kakaknya.
 
Jika kamu menonton film itu, kamu akan memahami betapa Kaluna sangat lelah dengan keadaan tersebut. Dirinya harus bekerja setiap hari, tetapi gajinya saja tidak sepenuhnya bisa dinikmati sendiri. Dia rela mengorbankan kesenangannya demi keluarga yang terus bergantung kepadanya dan ketika dia sudah memberikan semua, tetap saja dia tidak mendapatkan apresiasi. Bahkan, sesederhana ucapan terima kasih saja belum pernah didengarnya.
 

Isu Kesehatan Mental yang Lekat dengan Para Generasi Sandwich

Mengutip dari Jurnal IICET (Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy), sandwich generation rentan mengalami masalah psikologis. Tekanan psikologis itu berasal dari besarnya tanggung jawab yang harus diemban oleh sandwich gen. 
 
Sementara itu, Mental Health America menjelaskan bahwa ada empat pemicu stres pada generasi sandwich: tidak adanya waktu untuk diri sendiri karena sibuk bekerja untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga, emosi yang kompleks, konflik dengan keluarga, dan ekspektasi tinggi yang tidak tercapai.
 
Generasi sandwich kerap merasakan emosi yang kompleks dan masalah dengan keluarga akibat peran mereka sebagai penyelamat keluarga yang tidak pernah dianggap. Jika melihat lagi ke sosok Kaluna, perannya sebagai orang yang diandalkan dalam keluarganya tidak pernah diapresiasi. Bisa kamu tebak apa yang akan terjadi jika burn out dan ketidakhadiran support system dalam kondisi berat itu bertemu di waktu yang sama?
 
Ya, ledakan emosi. Emosi itu pada akhirnya akan memicu konflik dengan orang-orang terdekat. Dalam kondisi terburuknya, emosi itu bisa memuncak hingga menjadikan si sandwich generation memutuskan untuk mengakhiri hidup.
 
Lebih parahnya, generasi sandwich yang cenderung menggunakan uang mereka untuk kebutuhan diri sendiri dan keluarga, tidak mempunyai tabungan untuk masa tua sehingga berpotensi menurunkan beban yang sama kepada anak-anak mereka di masa depan. Inilah yang menjadikan generasi sandwich tidak mempunyai optimisme untuk menjalani masa depan. Bahkan, untuk sekadar bermimpi saja mereka sudah takut.
 
Jadi, generasi sandwich bukan hanya tentang masalah finansial saja. Lebih dari itu, generasi sandwich adalah sebuah beban berat yang membawa seseorang ke dalam lingkaran setan yang tidak berujung.
 
Berdoa semoga ini semua berakhir di aku adalah lirik yang mewakili kondisi tersebut. Karena tidak ada orang waras yang ingin memberikan beban pedih yang sama kepada anak-anak mereka, maka sandwich gen juga -sebenarnya- tidak ingin menjadikan anak-anak mereka merasakan kesulitan yang sama.
 

Dukungan dan Apresiasi adalah Motivasi Para Generasi Sandwich untuk Tetap Melanjutkan Hidup

Kaluna adalah pembelajaran terbesar untuk para generasi sandwich bahwa bermimpi itu adalah hakmu. Kamu sudah bekerja keras selama ini dan sah-sah saja untuk membahagiakan dirimu sendiri. Kamu tidak selalu harus mengambil semua tanggung jawab di keluargamu, kamu tidak berdosa kalau menyisihkan sedikit uangmu untuk impianmu.
 
Bukan hanya menjadi contoh untuk para sandwich gen, Kaluna juga menjadi pengingat untuk semua orang, bahwa setiap manusia berhak untuk menikmati hidup mereka. Jadi, jangan menjadi beban untuk orang lain. Jangan merampas impian orang lain dengan memberikan mereka beban dan tanggung jawab berat.
 
Dari soundtrack Home Sweet Loan yang dibawakan oleh Idgitaf, lirik “jika semua bersandar ke aku, lalu aku bersandar ke mana?” cukup menjadi sentilan untuk para orang tua. Dari kisah Kaluna, sudah seharusnya orang tua atau keluarga menyadari bahwa semua orang di dalam keluarga harus mempunyai peran yang sama.
 
Kalaupun ada anggota keluarga yang harus mengemban tanggung jawab ganda dalam menghidupi beberapa generasi, maka sudah sepatutnya anggota keluarga lain memberikan dukungan. Jika tidak bisa membantu, setidaknya berikan orang itu ucapan terima kasih. Jangan menjadi alasan untuk orang lain mengakhiri hidup mereka sendiri.
 

Home Sweet Loan adalah Tontonan yang Relevan untuk Generasi Muda

Jika kamu sedang mencari film yang menggambarkan realitas para generasi muda di era modern ini, Home Sweet Loan dapat menjadi tontonan yang harus masuk ke dalam watch list-mu. Home Sweet Loan dan Kaluna berhasil menggambarkan para generasi muda yang dihadapkan pada biaya hidup yang terus meningkat, properti yang mahal, dan tekanan sosial-ekonomi. Semua itu menjadi tantangan bagi banyak generasi muda dalam mencapai stabilitas hidup mereka.
 
Lebih dalam lagi, Home Sweet Loan juga menyentuh pengalaman emosional generasi muda yang selalu diandalkan oleh keluarga mereka tetapi seringkali tidak dihargai. Ekspektasi keluarga dan masyarakat kepada mereka juga memberikan tekanan psikologis yang tinggi.
 
Karena itulah, mari kita berterima kasih pada Home Sweet Loan, khususnya karakter Kaluna, yang telah membuka mata banyak orang tentang peran generasi sandwich. Film ini secara tidak langsung telah menyadarkan kita untuk memberikan pengakuan atas pengorbanan yang dilakukan oleh orang terdekat kita.
 
Nah, apakah kamu pernah merasakan beban seperti Kaluna? Jika kamu adalah Kaluna di dunia nyata atau sering berkorbani, kamu bisa berkumpul di sini untuk membagikan pandanganmu tentang film ini. Kami ingin membaca pengalamanmu terkait keluarga, tanggung jawab, dan kesehatan mental.
 
Jika kamu ingin memahami lebih jauh tentang kesehatan mental dan bagaimana menstabilkan emosimu di tengah gempuran realita hidup yang semakin memuakkan ini, kamu bisa cek artikel-artikel Healthink! Ada banyak konten menarik dan informatif yang dapat membantumu untuk mengatasi quarter life crisis, mengelola burn out, dan menyembuhkan inner child. 
 
Jangan lupa follow akun media sosial kami dan simak video-video pada segmen Narasi Ahli untuk mendapatkan informasi penting seputar kesehatan mental dari psikolog profesional dan berpengalaman. 
 
Kunjungi platform Healthink dan teruslah belajar tentang pentingnya kesehatan mental melalui berbagai konten bermanfaat. Ingat, kamu tidak sendirian! Healthink ada di sini untuk membersamaimu dalam memulihkan diri. Heal your think, think your health bersama Healthink.

Terbaru

Menguak Isu Kesehatan Mental dalam Film Home Sweet Loan
Menguak Isu Kesehatan Mental dalam Film Home Sweet Loan
14 Oct 2024

      

© 2025 Healthink - All rights reserved